Night Has Come: Saat Malam Datang dan Permainan Menjadi Teror

 

Poster Night Has Come


Drama Night Has Come: Saat Malam Datang dan Permainan Menjadi Teror
Kritik Drama oleh Reni Ayu Wulandari
Night Has Come/Lim Dae Woong/12 Episode/Viu & U+ Mobile TV

Drama Korea akhir-akhir ini sangat populer di kalangan masyarakat Indonesia, terutama anak muda, seperti drama Night Has Come bertajuk thriller dengan cara penyampaian yang unik sehingga menjadi banyak perbincangan saat penayangannya. Dengan latar sekolah, cukup membuat saya penasaran walaupun awalnya agak ragu untuk menontonnya karena dari trailer yang kurang menarik. Tetapi, setelah menonton episode pertama, cukup membuat penasaran dan ingin melanjutkan untuk menontonnya, hingga drama ini menjadi tontonan setelah pulang sekolah. Ya, drama ini tayang pada tahun 2023 ketika saya masih duduk di bangku SMA kelas 12. Di tengah kesibukan saya menyempatkan waktu untuk menonton drama Night Has Come.

Drama Korea Night Has Come (judul asli: 밤이 되었습니다) salah satu serial thriller remaja yang tayang perdana pada Desember 2023. Mengusung genre mystery, thriller, dan psychological drama. Disutradarai oleh Lim Dae Woong. Drama ini dibintangi oleh deretan aktor muda berbakat seperti Lee Jae In, Kim Woo Seok, dan Cha Woo Min. Night Has Come disiarkan melalui platform Viu dan U+ Mobile TV, terdiri dari 12 episode berdurasi singkat sekitar 20–30 menit per episode.

Drama ini menceritakan tentang sekelompok pelajar SMA yang terperangkap dengan memainkan game mafia di gawai. Namun, tanpa disangka, ternyata apa yang mereka mainkan terjadi di kenyataan, bukan hanya sekadar permainan biasa. Setiap malam, satu per satu siswa yang mereka eliminasi akan ditemukan tewas dengan cara yang bisa dibilang tragis. Jika kalian menonton Alice in Borderland mungkin kalian akan sedikit familiar dengan konsep yang mirip yaitu bertajuk dunia permainan dan simulasi di alur ceritanya. Hanya saja, alur ceritanya tidak sekompleks dan semenegangkan Alice in Borderland.

Ada beberapa hal yang menurutku menarik untuk diperbincangkan dalam drama ini yaitu, adanya kritik sosial yang terselubung, seperti tekanan akademik dan perundungan karena banyaknya kasus yang beredar. Ini menjadi kritik sosial yang cukup banyak diperbincangkan.  Seperti di drama ini, kita seperti dimainkan dan diajak menebak siapakah yang menjadi jahat dan siapa yang baik. Ada juga karakter para pemainnya yang beragam  dan dibawakan dengan sangat baik membuat permainan dalam drama ini menjadi menarik untuk diikuti. Dengan sistem voting untuk menentukan siapa yang besok hari akan ditemukan tewas, bahkan sebagian dari mereka seperti "menghalalkan" segala cara untuk bertahan dan tidak tertuduh. Ini tak lepas dari pembawaan karakternya yang cukup baik, setiap karakter mempunyai kontribusi untuk menghidupkan alur ceritanya. Bahkan dalam jumlah karakter yang cukup banyak, kita atau para penonton bisa menghafal para karakternya dengan cukup baik seperti siapa yang melakukan perundungan, korban perundungan, ketua kelas, bijaksana, pintar, bahkan yang banyak omong sekaligus.

Hal inilah yang menarik banyak penonton cukup tertarik menebak siapa penjahat atau siapa mafia melalui sikap dan karakter mereka masing-masing. Drama ini dibawakan dengan cerita yang padat dan tidak bertele-tele. Maksudnya penonton bisa dengan jelas memahami alur dan karakter yang dibangun. Dengan jumlah episode yang relatif singkat, setiap episodenya terdapat plot twist yang membuat penonton harus terus menebak bagaimana di episode selanjutnya.

Namun, selayaknya drama pada umumnya, ada beberapa kekurangan juga yang patut diperhatikan, seperti alurnya yang terkesan buru-buru dan dipercepat. Saat menghubungkan beberapa plot, menjadi terasa memaksa dan kurang mendalam. Apalagi, sebagai penonton yang sering dan meminati film atau drama dengan teka-teki banyak plot yang terkesan kurang dalam penyampaiannya karena terburu-buru. Hal ini menjadikan penonton kurang bisa terhubung secara emosional. Selain itu, drama ini bukan teka-teki yang sulit untuk ditebak karena teka-tekinya terkesan dangkal. Bahkan, kita bisa dengan mudah menebak siapa penjahat atau siapa mafia yang ada di permainan ini. Dan yang paling terlihat adalah ending dari drama ini yang sangat tertebak, bahkan dari awal episodenya, karena ada beberapa adegan yang menurutku kurang masuk akal. Bahkan aku pernah menebak mungkin ini hanya mimpi dari mereka.

Jika kita bisa melihat ada hal ambigu yang terlihat yaitu penggunaan gawai dan permainan. Bahkan ada salah satu penonton yang memberikan komentar seperti, ”Ending-nya bahkan bisa tertebak sejak awal episode. Karena kalau berpikir semua yang terjadi di series ini bersangkutan dengan dunia mistis, itu justru akan terkesan ambigu dengan penggunaan ponsel dan game online sebagai media untuk membunuh seseorang. Maka, sejak awal saya sudah berpikir bahwa para karakter di dalam series ini barangkali masuk ke dalam simulasi, dan tebakan saya itu terbukti di akhir cerita.” Padahal, menurutku dengan episode dan plot yang cukup baik, bisa membuat ending yang lebih dari itu. Apalagi selama 12 episode benar-benar menarik. Namun, ending dari drama ini justru terkesan buru-buru dan terlalu cepat. Banyak dari penonton yang mengaku kecewa dan tidak puas dengan ending drama ini, banyak juga yang sudah menebak bahwa ending dari drama ini hanyalah simulasi permainan.

Night Has Come adalah salah satu drama yang bisa dan berhasil menyatukan thriller psikologis dan kenyataan kehidupan remaja dengan cukup baik. Bagi penonton yang suka misteri, plot twist, dan drama dengan alur yang cepat, ini bisa masuk dalam daftar tontonan.

Night Has Come adalah refleksi tentang bagaimana kita seringkali membiarkan anak-anak berjalan sendiri dalam dunia yang terlalu gelap. Drama ini membuat kita belajar untuk tidak cepat menilai, untuk tidak mempercayai gosip sepenuhnya dan mendengar suara kecil yang paling butuh didengar. Sebagai penonton, tidak hanya merasa tegang, tetapi juga merasa tersinggung. Karena mungkin, dalam kehidupan sehari-hari seringkali melakukan kesalahan. Maka, Night Has Come bukan sekadar cerita tentang siapa yang selamat. Tapi, tentang siapa yang pernah disalahpahami, dan siapa yang akhirnya tak ada harapan untuk pulang.

Poster Night Has Come


Penulis: Reni Wulandarilahir di Jakarta Selatan, 17 Mei 2006. Mahasiswa aktif  S1 Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret dan saat ini berada di semester 2. Meski berasal dari latar belakang ekonomi saya memiliki ketertarikan pada budaya populer khususnya drama Korea. Hal ini membuat saya terdorong untuk menulis artikel populer sebagai media ekspresi.


Editor: A.

Posting Komentar untuk "Night Has Come: Saat Malam Datang dan Permainan Menjadi Teror"