Multisemesta yang Luar Biasa dalam Film Everything Everywhere All at Once

Poster Film Everything Everywhere All At Once

Pada bulan Juni 2022, sebuah perusahaan hiburan dari Amerika Serikat dengan nama A24 merilis sebuah film berjudul Everything Everywhere All At Once. Film yang disutradarai oleh Daniel Kwan and Daniel Scheinert ini banyak menarik perhatian sinefili di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Video trailer untuk film Everything Everywhere All At Once yang dirilis pada tanggal 14 Desember 2021 di saluran Youtube resmi A24, menampilkan cuplikan adegan yang cukup penting dan sangat ciamik. Tetapi, jika kalian semua merasa sudah tahu garis besar film ini berdasarkan trailernya saja, kalian keliru.

Disadur dari laman resmi A24, film ini berisi petualangan aksi dan fiksi ilmiah yang lucu serta menyentuh hati. Menceritakan tentang seorang wanita keturunan Tionghoa yang tinggal di Amerika dan sedang merasa keteteran karena tampaknya ia tidak dapat membayar pajak bisnis penatunya.

Menurut saya, film garapan duo sutradara Daniel ini merupakan salah satu karya yang sangat luar biasa. Mengangkat tema multisemesta dengan konsep yang cukup kompleks dan sulit dipahami orang awam, menjadikan film Everything Everywhere All At Once menjadi perbincangan hangat orang-orang pada saat rilis di bioskop Indonesia.

Film ini mencampuradukkan segala genre film yang sangat bertolak belakang, mulai dari romansa, komedi, fiksi ilmiah, seni bela diri, hingga animasi. Ide untuk melakukan "verse-jumping", saat seseorang berpindah dari satu semesta menuju semesta lain, memiliki sebuah syarat yang harus diikuti saja sudah menjadi sesuatu yang segar. Mengapa Evelyn harus melakukan hal-hal tidak masuk akal dan aneh untuk menjadi syarat agar ia bisa melakukan verse-jumping?

Setelah saya menonton bersama kedua orang teman lainnya, hanya saya yang menangis sesegukan hingga akhir film. Teman saya bertanya-tanya mengapa saya bisa sampai seperti itu. Sejujurnya saya pun juga tidak tahu alasan sebenarnya mengapa saya bisa menangis. Mungkin karena adegan mereka hanya berwujud dua bongkahan batu yang diam, hanya ada dialog yang ditampilkan di layar dalam kesunyian ruangan bioskop. Dimensi di mana tidak ada makhluk hidup dan hanya ada batuan saja, atau mungkin adegan mereka akhirnya saling memahami isi yang ada di benak antara seorang ibu dan anaknya.

Tidak lupa wajah dengan ekspresi bingung dan ketidakpahaman yang terdapat pada salah satu teman saya, ia beranggapan bahwa film ini sangat aneh tetapi sangat mengesankan! Ia mengatakan bahwa film ini bukan merupakan seleranya, tetapi ia merasa kagum dengan teori multisemesta yang ditampilkan di film ini. Saya setuju dengan poin teman saya mengenai teori multisemesta yang digunakan oleh duo sutradara Daniel di film ini.

Mengenai teori multisemesta, kedua sutradara tersebut ingin menunjukkan bahwa probabilitas atau kemungkinan yang ada di alam semesta sangat banyak dan bahkan tidak terbatas! Banyak kemungkinan yang dapat kita pilih di masa kini yang akan berpengaruh terhadap nasib kita sendiri di masa depan. 

Misalnya, sekarang kalian membaca artikel ini dan memutuskan untuk menonton film Everything Everywhere All At Once, menyukai keseluruhan isi film tersebut, dan merekomendasikan kepada teman-teman kalian dengan mengatakan bahwa ini adalah salah satu film terbaik yang pernah kalian tonton. Di semesta lainnya, kalian mungkin merasa cukup setelah membaca artikel ini dan memutuskan untuk tidak menonton film secara keseluruhan. Kalian di semesta kedua melewatkan kesempatan untuk menikmati salah satu film yang sangat keren dari A24!

Satu hal yang saya tangkap setelah selesai menangis, film ini menceritakan hubungan antara seorang ibu dan anaknya. Joy, anak Evelyn, hanya ingin mendapatkan pengakuan dari ibunya atas jati diri yang sebenarnya, tetapi Evelyn, sebagai orang tua yang datang dari generasi sebelumnya, tidak mampu memahami apa yang diinginkan ataupun yang dimaksud oleh anaknya. 

Namun, duo sutradara Daniel mampu mengemas kisah keluarga ini dengan balutan multisemesta membuat film keluarga ini menjadi anti-mainstream. Everything Everywhere All At Once juga secara singkat membahas tentang nihilisme, ketika Evelyn ditunjukkan oleh Jobu Tupaki bahwa hidup ini tidak memiliki makna, semua makhluk yang hidup akan mati juga pada akhirnya. Untungnya, Evelyn berhasil mengabaikan hasutan dari Jobu Tupaki.

Sebetulnya masih banyak hal yang ingin saya ulas dari film ini, film ini dijamin membuat penonton sangat puas hingga akhir! Jadi, ayo tonton film Everything Everywhere All At Once di laman yang legal, dan berikan review kalian setelah menontonnya ya!


Penulis: Diandra Nayla Syifalahir di Surakarta, 15 Juli 2006. Mahasiswa S1 Program Pendidikan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Tertarik dengan dunia kepenulisan, musik, dan film.


Posting Komentar untuk "Multisemesta yang Luar Biasa dalam Film Everything Everywhere All at Once"