Childhood Karya The Rose: Pengingat Kita untuk Tidak Menyerah


Foto: https://www.officialtherose.com/

Di tengah kehidupan yang penuh dengan tekanan dan tuntutan, banyak dari kita yang merasa lelah, kehilangan arah, dan nyaris menyerah. Dalam kondisi ini, terkadang yang kita butuhkan adalah hal sederhana—bukan motivasi, melainkan sebuah pelukan. Bukan dari pelukan fisik seseorang, melainkan dari sebuah lagu. Lagu yang hadir dengan lembut, memberi ruang untuk bernapas, dan mengingatkan bahwa kita tidak berjuang sendirian.

Salah satu lagu yang hadir dengan kekuatan tersebut adalah Childhood, lagu garapan The Rose, sebuah grup band pop-rock asal Korea Selatan. Lagu ini muncul pada album mereka bertajuk HEAL, dirilis pada 7 Oktober 2022 lalu. Album ini diciptakan sebagai ruang penyembuhan dan pelarian, baik bagi personel The Rose maupun penggemarnya. Dari 10 trek yang ada dalam album ini, Childhood menjadi trek yang paling emosional dan menyentuh karena mengekspresikan kesedihan, kerinduan, serta refleksi diri. Lagu ini diiringi petikan gitar yang sederhana namun lembut dan lirik yang reflektif. Saat ini, lagu Childhood telah didengarkan lebih dari 12 juta kali di platform Spotify, ini menjadi bukti bahwa Childhood dapat diandalkan saat kita membutuhkan pelukan dan pengingat agar kita tidak menyerah.

 

Di balik lagu Childhood yang sederhana, terdapat makna yang mendalam. Lagu ini tidak sekadar lagu nostalgia akan masa kecil yang penuh dengan impian dan keberanian, tapi juga tentang refleksi diri—tentang bagaimana dunia dewasa yang sering membuat kita lupa siapa diri kita sebenarnya. Lagu ini menyuarakan perasaan kegelisahan untuk tumbuh dewasa dan tekanan hidup yang kian berat, seakan tidak ada ruang untuk merasa lelah. Lagu ini mengajak kita untuk mengingat kembali masa kecil, di mana kita bermimpi tanpa takut adanya kegagalan, menjalani hidup tanpa tekanan dan tuntutan.

Salah satu bagian chorus yang paling berkesan menyebutkan “Don’t forget when you’re a child… Don’t live your life like you have a thousand years.” Lirik ini seolah mengingatkan kita agar tidak menyia-nyiakan waktu seolah kita punya seribu tahun untuk menunggu waktu yang pas. Pada kenyataannya, waktu terus berjalan dan tidak dapat diulang kembali. Banyak orang yang menunda mimpinya karena takut gagal, takut akan penilaian orang lain, bahkan terlalu sibuk memikirkan ekspektasi orang lain.

Kemudian, di bagian bridge terdapat lirik “Should’ve never gave it up…Should’ve follow my own dreams.” Lirik ini menyiratkan penyesalan atas impian yang pernah ditinggalkan, namun juga bisa menjadi motivasi untuk mengejar impian yang sempat terabaikan. Lagu ini mengajarkan bahwa lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, karena menyerah bukanlah satu-satunya pilihan. Di saat kita sudah merasa jauh dari tujuan, kita masih bisa kembali ke titik awal.

Tanpa keberanian dan harapan diri kita di masa lalu, mungkin kita tidak akan sampai pada titik ini—titik di mana kita masih mampu bertahan dari segala tekanan dan tuntutan dunia. Walaupun dunia sering memaksa kita untuk menjadi sesuatu yang bukan diri kita, tidak apa-apa untuk merasa lelah. Tidak apa-apa untuk berhenti sejenak, menarik nafas sedalam-dalamnya, dan mengingat mengapa kita memulai untuk mengejar mimpi itu. 

Sebagai seorang mahasiswa yang tengah membangun masa depan, lagu ini memberi saya ruang untuk merenung. Di tengah tuntutan akademik dan ketidakpastian masa depan, Childhood menjadi pengingat bahwa kita tidak harus selalu kuat. Tidak apa-apa merasa lelah, tidak apa-apa berhenti sejenak, dan tidak apa-apa untuk mengingat kembali impian lama kita. Karena dari sanalah kita mampu bangkit kembali.

Melalui lagu Childhood, The Rose tidak sekadar membuat lagu—mereka menciptakan ruang aman. Lagu ini menjadi tempat bersandar dan pengingat lembut bahwa kita masih bisa bangkit untuk meraih mimpi kita yang sempat terabaikan. Selama kita masih punya mimpi, harapan akan selalu tumbuh kembali.


Penulis: Anindya Kalyca Nismaralahir di Boyolali, 21 Agustus 2006. Seorang mahasiswi semester 2 Program Studi Ekonomi Pembangunan, Universitas Sebelas Maret (UNS). Ia memiliki hobi mendengarkan musik dan tertarik pada dunia desain grafis.

Instagram
Email

Editor: A.

Posting Komentar untuk "Childhood Karya The Rose: Pengingat Kita untuk Tidak Menyerah"