Bernadya Tidak Berteriak, Tapi Lagu Ini Bisa Menampar
![]() |
Cover Satu Bulan (2023) |
Di tengah
banyaknya lagu-lagu patah hati yang penuh dengan jeritan dan ledakan emosi,
Bernadya hadir dengan cara berbeda: hening, lembut, namun justru menyentuh
lebih dalam. Lagu Satu Bulan (2023) adalah
bukti bahwa tidak semua luka harus diteriakkan untuk terasa perih. Dengan nada
pelan dan aransemen yang sederhana, Bernadya menyuguhkan rasa kehilangan yang
terasa sunyi, tetapi justru karena kesunyiannya itulah pendengar seolah
tertampar oleh kejujuran yang sunyi dan menyesakkan. Ini bukan lagu yang memaksa air mata menetes turun. Namun, ini
lagu yang membuat diam, termenung, dan tenggelam dalam kesedihan luka kecil
yang belum sempat sembuh.
Lagu ini
tidak memiliki bagian chorus yang
menarik atau irama yang mengajak bergoyang. Tapi kalau kita mendengarkan dengan
seksama, terutama saat sendirian di malam hari akan ada rasa sepi yang muncul
pelan-pelan. Bukan rasa sepi yang menyedihkan secara eksplisit, tetapi seperti
rasa kosong yang kita rasakan setelah kehilangan sesuatu yang sebenarnya belum
sepenuhnya kita mengerti. Ada nuansa yang tidak bisa dijelaskan dengan
kata-kata, namun bisa dirasakan oleh mereka yang pernah berada diposisi tidak
bisa melupakan seseorang.
Lirik lagu Satu Bulan sangat sederhana. Karena
lirik lagunya tidak dibuat-buat, makna lagunya terasa lebih dalam. Tidak perlu
metafora yang rumit atau kata-kata puitis berlebih. Kalimat lagu tersebut
seperti obrolan yang kita ucapkan pelan setelah lama terdiam. Tidak dramatis,
namun penuh makna. Terkadang yang paling menyakitkan memang bukan tangisan atau
teriakan, tapi keheningan yang tidak dapat dijelaskan.
Bernadya
menyanyikan lagu tersebut tanpa teknik vokal yang mencolok. Tidak ada teriakan,
tidak ada nada tinggi yang dipaksakan. Bahkan suara Bernadya nyaris seperti
bisikan, seolah sedang berbicara langsung kepada pendengar. Dia juga bukan tipe
penyanyi yang ingin dipuji karena bisa nada tinggi atau teknik sempurna. Namun,
dia tahu persis bagaimana cara menemani mereka yang sedang diam dalam luka.
Inilah kekuatan sebenarnya dari lagu ini: ia tidak mencoba menyembuhkan, tetapi
hadir untuk menemani.
Dari sisi
musikal, tidak ada irama kompleks, tidak ada string orkestrasi megah. Yang kita
dapatkan dari lagu ini hanya suara gitar pelan, dentingan piano yang tenang,
dan vokal yang terasa seperti teman bicara. Lagu ini tidak mencuri perhatian,
ia hanya duduk diam di sampingmu, membiarkanmu merasa, tanpa kata, tanpa
sandiwara. Ini adalah jenis lagu yang tidak langsung membuatmu menangis, tetapi
akan tertinggal di dalam pikiran, berputar lembut saat kamu sedang sendiri, dan
mengingat sesuatu atau seseorang.
Pada bagian
awal lirik, pendengar diperkenalkan pada perasaan sepi dan kosong yang muncul
akibat jarak fisik antar dua hati yang saling mencintai. Lirik yang menyentuh
menggambarkan betapa lambatnya waktu berlalu ketika seseorang sedang menunggu
dengan penuh rindu. Satu bulan, dalam konteks waktu mungkin terdengar
singkat, bisa terasa sangat panjang dan melelahkan ketika dijalani dalam
kesepian. Bernadya berhasil merangkai perasaan itu dalam kalimat-kalimat
sederhana namun bermakna, yang menembus ruang batin.
Lagu Satu Bulan mengisahkan seseorang yang
baru saja mengalami perpisahan dan masih kesulitan untuk melepaskan atau
melanjutkan hidup. Lirik-liriknya menggambarkan perasaan sedih, kecewa, dan
terdapat keraguan dalam menerima kenyataan bahwa hubungan yang dijalani telah
berakhir. Banyak bagian yang terasa jelas bahwa tokoh dalam lagu ini masih
menyimpan harapan, mencoba berdamai dengan diri sendiri, dan masih belum siap
untuk mengucapkan selamat tinggal. Itulah yang menjadikan lagu ini terasa
begitu dekat dan mudah dimengerti.
Lebih dari
sekadar lagu patah hati, Satu Bulan juga menunjukkan sisi keteguhan dalam mencintai. Walau terluka karena
ditinggalkan, masih ada sisa keyakinan bahwa rasa itu nyata. Lagu ini tidak
berbicara tentang move on yang instan
atau penyembuhan yang cepat, melainkan tentang proses yang harus dilalui.
Tentang hari-hari yang tetap berjalan meski hati tertinggal. Dan mungkin,
itulah yang dialami banyak orang, sebuah jeda emosional yang tidak mudah
dijelaskan dengan logika.
Melalui lagu
ini Bernadya seolah ingin berkata bahwa tidak semua orang harus kuat setiap
saat. Tidak apa-apa merasa lemah, tidak apa-apa butuh waktu. Tidak semua
kehilangan harus diselesaikan dalam satu langkah. Kadang, cukup dengan mengaku
bahwa kita masih belum baik-baik saja, itu sudah menjadi awal dari penerimaan.
Lagu Satu Bulan juga secara tidak langsung
menggambarkan proses penerimaan. Setiap baitnya seolah menjadi tahapan emosi
yang dialami seseorang setelah perpisahan: dari rasa tidak percaya, mencoba
berdamai, dan hingga menerima kenyataan. Tidak ada kepastian dalam lagu ini,
tidak ada jawaban pasti. Justru itulah yang membuatnya terasa jujur karena pada
kenyataannya tidak semua perpisahan berakhir dengan penerimaan yang utuh.
Terkadang, kita hanya bisa menjalani hari sambil terus-terusan mengingat, tanpa
tahu kapan luka itu akan benar-benar sembuh.
Yang menarik, lagu ini tidak menyudutkan siapa
pun. Tidak ada pihak yang diposisikan sebagai ‘yang bersalah’. Semuanya hanya
tentang rasa yang tertinggal dan tidak bisa langsung dihilangkan. Dalam lirik
dan alunannya, Bernadya memberikan ruang untuk merasakan tanpa perlu menghakimi
diri sendiri atau orang lain. Dia mengajak para pendengarnya untuk jujur pada
emosi mereka, tanpa harus ada kata malu karena belum bisa melupakan seseorang
atau belum bisa bangkit.
Kemampuan
Bernadya untuk menciptakan suasana yang begitu dekat dengan kenyataan emosional
banyak orang, menjadi salah satu kekuatan utamanya sebagai penulis lagu. Dia
tidak mencoba untuk menenangkan atau memberi motivasi kosong. Dia hanya hadir,
dengan musik yang tenang dan lirik yang tulus, sebagai teman yang paham bahwa
patah hati adalah sesuatu yang harus dilalui dengan sabar, bukan disingkirkan
dengan cepat.
Terdapat
juga nuansa pengulangan dalam instrumen dan struktur lagunya yang justru
memperkuat makna. Seolah ingin menunjukkan bahwa ketika seseorang merindukan
atau kehilangan, dan hari yang dilalui terasa seperti berulang-ulang dan tidak
bergerak. Siklus ini bukan kelemahan, melainkan bentuk penyampaian suasana
batin yang stagnan,
tapi penuh gejolak.
Satu bulan
bisa terasa seperti selamanya ketika seseorang tidak lagi ada di samping kita.
Lagu ini menangkap perasaan tanpa perlu berteriak. Dan karena itu, Satu Bulan menjadi lebih dari sekadar
lagu sedih, ia adalah pengingat bahwa kesedihan punya tempatnya, dan kita tidak
perlu terburu-buru untuk melupakannya. Lagu ini mengajarkan bahwa merasakan itu
tidak salah, dan kadang yang kita butuhkan hanyalah seseorang atau sesuatu yang
memahami perasaan itu, tanpa banyak berkata-kata.
Sebagai karya musik, Satu Bulan adalah representasi dari kekuatan kesederhanaan dan
kejujuran dalam berkarya. Lagu ini tidak memerlukan produksi yang rumit untuk
menjadi indah. Ia hanya butuh ruang, pendengar, dan waktu—dan dalam diamnya, ia
bisa menyentuh lebih dalam daripada ribuan kata yang berteriak.
Posting Komentar untuk "Bernadya Tidak Berteriak, Tapi Lagu Ini Bisa Menampar"
Posting Komentar