Puisi Muka Dua Pelantur Dosa - Faza Nugroho
![]() |
Gambar diolah oleh A. |
Muka
Dua Pelantur Dosa
Dua belas tahun wajib belajar
terbiasa mendengar dan membayar
Dididik dalam kotak sekadar duduk
menyimak lupa bawa otak
Terbiasa patuh dan ikut
Nalar dijerat, mulut diikat, akal disikat
Menjerit sakit, melolong minta tolong
Ah, peduli sesama tinggal nama
Orang-orang di sini kolot
Pantang banting tulang,
nyaring soal persekot
Bicara pahala paling lantang,
sembahyang saja jarang
Menimbang surga neraka
walau tak berwenang
Ayat-ayat jadi topeng
tiap main ke Kopeng
Sepekan banting tulang
habiskan sisa uang
di Pasar Kembang
Sepekan menelan lidah
habis buat tukar ludah
di Tanggul Indah
Gugatan segera basi,
mereka bisu soal dosa
jika menyangkut orang berdasi
Kawanan sapi perah
menyapu habis rapor merah
lewat tawar menawar rupiah
Hasrat nakal main nikel
di meja bundar para bandar
naik mencapai puncak
Kalau pohon tumbang
solusinya mohon izin tambang
Jika banjir melanda
panjatkan doa ke toa
Separuh iman ditakar,
ditukar jaminan aman
operasi jatah preman
Mereka mendengar kisah,
tapi lupa berbagi kasih
Semarang, 2025
Begitulah
Hidup
Tampuk kekuasaan berganti
Genta berdentang di luar,
tanda seorang harus turun
dari tandu keagungan
Orang baru gagap,
orang lama menuntun
Orang biasa cuma menonton
Panji-panji masih berkibar
Janji disebar cuma-cuma
sesuai permintaan pasar
Tinggal menunggu tanggal
untuk lembar-lembar lain
kerja lembur semalaman
Seorang tua berdiri gagah
Masih gigih tegakkan punggung
di atas panggung sandiwara
Pesuruh datang menagih utang,
Si Tua melantur mencari celah
Pada semesta ia berserah
Wajahnya lusuh,
jalannya lunglai,
sesekali hampir jatuh
Peluh penuh melas
mengharap hidup
berjalan mulus
Harapan luntur masa muda
telantar ke antah berantah
Rintih ia timbun hingga tambun
sebelum benar-benar runtuh
Uban bertambah,
harapan tak tumbuh
Bicara soal rumah
tak lagi ramah
Tiada saudara berkunjung
sejak kepergiannya dari kampung
Pagi datang lagi
Beranjak dari ranjang
hadapi hari yang panjang
Yogyakarta, 2025
Bon
Appétit
Pintaku sederhana,
aku ingin sendiri,
seseorang cukup
tutup pintu dari luar
Mencoba paham,
mengolah runyam alam pikiran
setelah segala salah dilimpahkan
Aku mengaku kalah
Kau hebat dalam debat
soal kail dan pancing
yang kini tak lagi jamin
ada ikan di atas piring
Mungkin tak pernah cukup
atau aku kurang cakap
menakar garam
hingga kau geram
Mungkin tak pernah cukup
atau aku kurang cakap
menukar hasil dagang
dengan sepotong daging
Sesekali aku hampir gila
perkara gula selalu habis
Upah hari ini nyaris kuhamburkan
untuk segelas teh hambar
Kuambil jalan pintas supaya pantas
Mencari cara agar tak liar di luar
Perkara makan bisa bikin sinting
sebab selera lebih penting
Nasi sudah jadi bubur,
perdebatan usai di ujung bibir
Dua sendok kecap di wajan
kau balas satu kecup di wajah
Yogyakarta, 2025
Tentang Penulis:
Faza Nugroho, Pemuda Pantura yang tengah berkelana di Yogyakarta.
.
.
Posting Komentar untuk "Puisi Muka Dua Pelantur Dosa - Faza Nugroho"
Posting Komentar