Prediksi Skena Kampus UMS: Dari Bu Sri, Bakunin hingga The Jeblogs

Gambar diolah oleh A.

Sejauh ini, aku bertemu cukup banyak orang dengan berbagai pikiran yang unik di kampus. Bahkan cukup mengesankan bagi ku. Banyak sekali manusia-manusia dengan gaya yang berbeda-beda namun sejatinya sama, dari selera berpakaian, musik, hingga tempat makanan yang sama. Bahkan, jika ditanyai mengenai pernah kah kalian ke Bu Sri? Semua manusia di kampus ini sudah pernah ke sana. Tempat makan favorit muda-mudi karena harga yang tergolong murah dan tentunya mengenyangkan. Tidak hanya Bu Sri itu tadi, mereka juga pasti sudah pernah setidaknya sekali memijakan kaki di Metro Kampus, tempat untuk membeli kebutuhan kamar indekost atau sekadar membeli bantal. Dua hal tersebut merupakan sebuah kesamaan di balik perbedaan mereka. Lucu rasanya, melihat bahwa ada hal yang masih menjadi satu rasa dalam perbedaan perspektif dan pikiran ini. Itu yang ku maksud sama.

Prediksi ku nantinya, kampus ini terlanjur sepi jika tanah kering tidak kunjung disirami air. Iya, aku menyebutnya tanah kering karena benar, tidak akan subur jika dibiarkan begini saja. Layaknya minyak, manusia-manusia ini tidak akan peduli jika tidak ada api yang membakar semangat dan antusias mereka. Selain itu, mereka akan mulai mencari jati dirinya di sana, dimulai dari mengenakan kaos hitam bersablonkan “1.3.1.2” atau kaos-kaos progresif lainnya. Tidak lupa disertai celana dengan rantai di sisi kanan maupun kirinya. Lalu, seiring berjalannya waktu, mereka akan coba membaca buku-buku progresif. Mungkin itu dampak dari algoritma sosial media yang mereka konsumsi. Pastinya mereka juga mengkonsumsi siniar-siniar mengenai pergerakan, kultur muda, filsafat, ataupun hukum. Tidak heran, mereka pasti ini merasa berbeda dari sebelumnya.

Setelah membaca buku-buku progresif, mungkin mereka akan menyadari bahwa hak manusia harus dijunjung tinggi. Oleh karena itu mereka akan mendeklarasi diri sebagai seorang anarkis. Sayangnya ketika ditanyai apa cukuran rambut Bakunin? Atau apa ukuran sepatu Lenin? Mereka enggan menjawab karena tidak tahu. Namun, setidaknya mereka mengerti, bahwa manusia harus hidup bebas berdasarkan hak mereka, tidak ada aturan baik dari negara bahkan agama sekalipun yang dapat merenggut hak mereka.

Tidak luput juga setiap sore, pasti lagu-lagu band lokal sering diputar bersamaan dengan lagu komersil lainnya. Ambil contoh saja The Jeblogs, The Skit, Fstvlst, atau band-band lokal lainnya. Bahkan terkadang lantunan musik reggae dari The Paps ikut menemani sore mereka. Cukup menyenangkan sebenarnya melihat keberagaman mereka, semoga manusia-manusia ini dapat dengan elegan bertukar pikiran dan berdiskusi. Kelak mereka juga akan merasakan hal yang sama, karena sejatinya siklus ini tidak pernah mati.


Penulis: Muhammad Dwiky, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Posting Komentar untuk "Prediksi Skena Kampus UMS: Dari Bu Sri, Bakunin hingga The Jeblogs"