Direct Stab & Darsa Kolektif: Spread the Threat Vol.4
![]() |
Foto: Rohmad Dwi |
Kamis malam, kelompok kecil penggiat scene hardcore punk (gorong-gorong) di kota Solo/Sukoharjo, Direct Stab & Darsa Kolektif (Darko) kembali menggelar gigsnya yang ke-4 dalam tajuk Spread the Threat di Basement ISI Surakarta. Pada gigs kali ini line up banyak dihuni oleh beberapa band yang sedang menjalankan rangkaian agenda tour ke kota Bengawan. Di antaranya ada Tromp, Shinigami, Rosen Muller - "Dementour Java Tour 2025” (Lombok), Underlaw (Sragen), Wafaq - “Syiar for Decolonization Tour 2025” (Padang), Libres. Berbekal semangat dan keberanian yang sama, di antara mereka jauh-jauh datang kemari, dari timur hingga barat kota Solo, semuanya dipertemukan atas asas pertemanan dan dedikasi yang sama terhadap semangat musik Hardcore Punk. Dalam gelarannya kali ini, Direct Stab juga menyediakan newsletter dan lapakan menarik, mulai dari live print dari Swaka Sablon sampai merch band yang sedang tour. Semuanya menjadi sajian menarik di ranah perniagaan, selain asas pertemanan dan kepentingan koleksi segmen ini juga memperpanjang roda perekonomian band.
Gigs dibuka dengan penampilan Tromp pada pukul 20.04, Tromp langsung memainkan riff-riff cepatnya disusul stomping drum yang menghentak, seketika panggung dipadati oleh crowd yang hadir untuk berpogo ria. Unit hardcore punk asal Sukoharjo dalam penampilan kali ini Tromp bermain dengan vokalis yang digantikan oleh Jalu (Libres). Dibeberapa jeda pergantian lagu, kehadiran Jalu cukup menghibur teman-teman yang hadir dengan sedikit berkelakar. Panggung tetap semarak dengan antusias yang cukup dari crowd yang hadir. Yang teranyar, sebuah single bertajuk Street Combatan telah mereka rilis di 28 Mei 2025, lagu ini juga turut dibawakan dalam lanjutan Spread The Threat Vol.4.
![]() |
Shinigami | Foto: Rohmad Dwi |
Penampilan selanjutnya diisi oleh Shinigami, unit hardcore asal Lombok ini datang dengan semangat yang sama di arena gigs. Shinigami memulai panggungnya pada pukul 20.42, seketika suasana basement langsung riuh dengan gemuruh musik yang Shinigami mainkan. Crossover antara hardcore punk, metal stooner, hip-hop dan nu-metal ini menjadi sajian yang unik diantara line up yang hadir. Meski begitu, panggung Shinigami tetap mendapat banyak apresiasi dari crowd yang datang. Program Kerja Shinigami (PKS), Perjaka Tanggung, Dikerjain, dan cover N.W.A – Fuck The Police adalah beberapa track dari Shinigami yang terekam dalam memori saya ketika menyaksikan panggung mereka dalam lanjutan turnya Dementour Java 2025.
Beberapa menit berselang setelah jeda pergantian band, Underlaw datang mengisi barisan selanjutnya demi terjaganya nyala api agar tetap menyala. Penampilan dibuka pada pukul 20.51 Pada detik-detik awal, feedback gitar dan beat drum ala hardcore Punk 80s mulai terdengar, setelah itu genjrengan gitar hardcore pun mengiringi tempo pada lagu. Seketika, para crowd yang menyimak langsung bersiap-siap melakukan moshpit. Setelah itu tempo berubah menjadi liar dan cepat diiringi teriakan suara yang parau, seketika crowd berubah menjadi arena moshpit. Underlaw tampil beringas di hadapan crowd yang hadir, beberapa lagunya berhasil membuat mereka yang datang merasa terhibur oleh atmosfer yang cukup padat. Underlaw sendiri datang dari Sragen, sudut utara kota Solo kehadiran mereka cukup banyak memberi energi sebelum mengarungi beberapa band yang akan tampil.
![]() |
Rossen Muller | Foto: Rohmad Dwi |
Nama lain dari Lombok yang hadir bersama Shinigami adalah Rosen Muller. Mereka memulai panggungnya pada pukul 21.22. beberapa beat cepat langsung mereka mainkan, dengan suara gitar overdrive jangly dan bass groovy yang clean. Gaya hardcore punk 80s yang cepat cukup kental pada musik yang mereka mainkan kala itu. Dalam lanjutan turnya Dementour Java 2025 kali ini ke kota Bengawan, Rosen Muller bermain cukup eksentrik. Basement ISI Surakarta, tak ubahnya arena sirkus bagi mereka, tak hanya untuk berpogo, dan crowd surf, mereka yang hadir juga tampak moshpit diliputi sorak sorai, gembira, dan penuh energi. Beberapa materi yang mereka bawakan secara live tak hanya apik secara aransemen, namun secara tema dalam lagu yang mereka bawakan juga menggambarkan tentang realita yang hadir bersama kita dalam keseharian. Lewat pendekatan komedi yang konyol namun tetap funky, Rosen Muller menghadirkan sisi lain dari hardcore punk yang fun dan menyenangkan.
![]() |
Wafaq | Foto: Rohmad Dwi |
Mengisi pergantian estafet selanjutnya, unit hardcore punk dari Barat pulau Jawa ini datang dengan semangat perlawanannya terhadap kolonialisme dan penindasan. Nama Wafaq hadir di tengah-tengah kita sebagai penanda sekaligus pengingat akan perlawanan yang belum usai. Jauh-jauh datang dari Padang, Sumatera Barat, Wafaq membawa misi mensyiarkan semangat juang dalam menghadapi perampasan ruang hidup dalam lanjutan turnya di kota Bengawan Syiar For Decolonization 2025. Tak hanya mensyiarkan perlawanan terhadap Zionisme, namun juga terhadap sistem kapital, pemerintah yang dzalim. Penampilan Wafaq di Spread The Threat Vol.4, dibuka pada pukul 21.54. Paska intro, hentakan drum ala Timur Tengah mulai menggaung ke seisi ruangan basement, track Manifesto! menyapa crowd yang hadir dengan kebisingan. Crossover antara hardcore punk, sludge metal, dan old school death metal jadi sajian yang membawa kita pada suasana perang. Lirik-lirik yang marah dan syarat akan perlawanan ini coba dimainkan, dengan harapan dapat membakar semangat mereka yang hadir pada gigs itu. Namun pada lanjutanya ke kota Solo, posisi bass Wafaq digantikan oleh Uqi sebagai additional. Meski begitu panggung Wafaq punya animonya tersendiri bagi para penikmat musik yang hadir kala itu.
![]() |
Libres | Foto: Rohmad Dwi |
Last but not least, ada penampilan dari Libres! Unit hardcore punk asal Solo ini jadi senjata pamungkas dilanjutan Spread The Threat Vol.4. memasuki pukul 22.28 penampilan mereka buka dengan senyum dan sapa dari personelnya. Selanjutnya beat-beat cepat kembali mereka mainkan. Libres! Menggilas akhir setnya dengan sepenuh tenaganya. Sama seperti Wafaq materi mereka kembali menggugah kita dengan semangat perlawanan yang belum usai. Jalu (Vokalis Libres) membawakannya dengan sedikit guyonan dan tawa sebagai selingan.
Seperti tiada jeda hari itu, sajian line up cadas jadi estafet yang seru namun melelahkan. Di sisa tenaga yang hadir nyatanya tetap memberi impact yang signifikan. Panggungnya tetap menjadi yang terbaik, di sisi pengunjung yang hadir. Rasa lelah seolah terbayarkan dengan keseruan dan kehangatan saat berjumpa teman-teman. Gigs malam itu menjadi bekal untuk esok hari sebelum mengarungi hari dengan tanggung jawab ‘besok kerja’. Spread The Threat jadi sajian pelepas penat di tengah padatnya rutinitas harian. Sebagian dari kita mungkin datang dari kelas pekerja dan mahasiswa bengal yang lupa dengan tugas akhirnya. Namun inilah hardcore punk!
Penulis: Gense Nara
Editor: A.
Posting Komentar untuk "Direct Stab & Darsa Kolektif: Spread the Threat Vol.4"
Posting Komentar